Posted on : 19.21 | By : Sukaraja Bersatu | In :




















Selengkapnya...

Perjuangan Tanpa Henti

0

Posted on : 18.02 | By : Sukaraja Bersatu | In :

Hr. Aswadi
Tiada kebahagiaan tanpa perjuangan
Tiada perjuangan tanpa pengorbanan
Tiada pengorbanan tanpa harapan
Tiada harapan tanpa kebahagiaan

itulah hasil renunganku, ketika tiang dalam keadaan minder, tak tahu apa yang seharusnya tiang lakukan. entah kenapa? badan tak terasa enak, pikiran rubet, tidak tahu mau kemana?
dua hari yang berlalu sudah, badan dan pikiranku tak berubah-ubah, minggu pagi-pagi sekali sudah mulai minder juga, biasanya cukup bersama internet sebagai kawan setiaku, mencoba memandang jauh dunia ini. karena bagiku internet adalah adalah pintu segala dunia, siapa yang mau melihat dunia maka internetlah pintunya, mau tahu informasi dunia internetlah jalannya.
banyak orang menganggap tak baik bermain internet saja, ytiang sebenarnya sepakat apa yang dikatakan oleh banyak orang, namun tergantung kita, mau bauka yang mana? negatifkah atau positif! terserah yang penting bagi saya lebih banyak buka-buka
yang positif lah supaya ada mafaatnya bagi kita.
canda sedikit!
wacana demi wacana yang tiang lalui, belum ada satupunwacana yang bisa menemukan keseimbangan hidupku, perjuangantak kunjung lenyap, satu masalah selesai muncul puluhan masalah lagi. hidup adalah perjuangan kata orang. benar! kawan hidup tanpa perjuang tak akan menemukannama kebahagian itu.
Selengkapnya...

Aku Ingin Kembali Pada-Mu

0

Posted on : 10.03 | By : Sukaraja Bersatu | In :

aku seorang anak yang cantik
dari keluarga baik-baik
aku punya beberapa saudara
dua lelaki dan dua wanita
aku anak terakhir
dari mereka semua

--namaku Santi
lahir di sebuah kota
anak juragan kaya
terpandang dan terhormat
tapi kini tidak lagi--


aku terjebak pergaulan bebas
selepas sekolah menengah atas
pacarku pergi setelah memecah
keperawananku dan bikin gelisah
diriku setengah mati

tiga tahun kuingati peristiwa itu
keluarga tak ada yang tahu
sampai akhirnya aku pergi dari rumah
berbekal beberapa ribu rupiah
dan tas berisi pakaian saja

tujuanku entah kemana
tak ada keluarga kutuju
tak ada teman kumau
aku mau hidup sendiri dulu

--namaku Santi
lahir di sebuah kota
bukan lagi anak juragan kaya
hidupku kini sebatang kara--

aku tiba di sebuah kota
jauh dari saudara dan orang tua
tak tahu harus kemana
hanya mengikuti langkah
dan gelisah yang terus kurasa

ketika makan di sebuah warung
di pinggir jalan dekat pasar
bekalku di jambret orang
tas berisi pakaian dan uang
ludes di bawa lari bajingan
"Jambret sialan!"

aku cuma bisa menangis
orang-orang berusaha mendiamkan
tak bisa membantu apa-apa
karena aku bukanlah siapa-siapa
bagi mereka, ibu-ibu dan bapak-bapak tua

--namaku Santi
aku kini sebatang kara
tidak punya siapa-siapa
di sebuah kota lain
jauh dari saudara dan orang tua--

datang seorang lelaki
setengah baya
mengajakku ikut dengannya
memberi belas kasih
kepadaku yang barusan saja
kehilangan segalanya

sampai di rumah lelaki itu
aku diperkenalkan pada seorang wanita
usianya tak jauh beda dengannya
tampangnya menor pakaiannya slebor
tidak cantik tapi dipaksakan menarik

aku disuruh tinggal dengan wanita itu
namanya Lasmi
biasa dipanggil Mami
banyak perempuan lain tinggal
di rumahnya yang mewah
seperti istana
dengan beberapa kamar di dalamnya
lemari penuh pakaian bagus
parfum mahal dan barang berlabel luar
semua diberikan untukku

--namaku Santi
sudah lama tidak suci
banyak lelaki merasai
ada yang senang
ada yang mencaci maki--

Mami bikin aku
jadi perempuan penghibur
pemuas nafsu lelaki yang datang
memberi uang sebagai imbalan
setelah melakukan perkosaan

pernah aku melarikan diri
dan dicari-cari oleh mami
juga pengawal pribadi
berbadan besar berkumis melintang
menangkapku kemudian mengurung
tanpa makan dan kadang pukulan

berhari-hari dalam kurungan
lebih menenangkan diriku
ketimbang di dalam kamar mewah
dengan kaki mengangkang
tanpa busana dan menantang

--namaku Santi
sekarang terkurung sendiri
kecoa dan tikus gudang menemani
tak ada makan tak ada minum disini
aku membenci Tuhan pemberi kehidupan ini--

tiga hari tak makan dan minum
tubuhku lemas dan rambut acak-acakan
karena tak pernah keramas
Mami suruh teman perempuanku
memandikan dan memberi makan
lalu mengembalikan aku ke kamar
menanti datang para pelanggan

sore hari datang seorang lelaki
wajahnya tampan pakaian stelan
tersenyum manis dari pintu
dan mendatangiku penuh nafsu

--namaku Santi
usiaku masih dua puluh
aku masih cantik seperti dulu
tapi kemaluanku sudah tak lagi baru
berpuluh lelaki sudah menjengukku--

lelaki itu membuka pakaiannya
kulitnya putih wangi tubuhnya
naik ke atas ranjang pelan-pelan
seperti srigala hendak menerkam

aku hanya diam
tak memberikan perlawanan
sudah jadi kebiasaan
desahan nafas kepalsuan
dan tubuh menggelinjang
adalah mahkota pelacuran

setelah selesai persetubuhan
dia memberi imbalan uang
kuterima dengan malas-malasan
karena kutahu semua lelaki sama
hanya inginkan tubuh wanita
yang bermanis muka di hadapan mereka

--namaku Santi
usiaku kini empat puluh lima
aku terusir dari istana
kemewahan sudah bukan masanya
aku semakin terhina
bukan lagi sebagai manusia--

aku pergi berbekal pakaian
pemberian beberapa orang teman
tak punya uang dan melarat tak keruan

aku berjalan menyusuri trotoar
entah kemana sekarang tujuan
aku tak punya pilihan
orang yang kenal pasti mencibir
dan mengatai jalang yang terbuang

aku tak punya siapa-siapa di kota ini
tak punya saudara tak punya orang tua lagi
kuhentikan langkah di sebuah surau tua
menyuci tangan dan kaki kedua
pelan aku masuk dan bersujud di dalamnya
menangisi segala kehidupan yang telah
aku jalani semenjak muda

--namaku Santi
aku sudah tua dan letih
aku sedang berdoa kepada Tuhan
dimanakah sebaiknya tempat mengadu?
di surau ini atau di dalam kalbu?--

aku masih bersujud lama
airmataku menetes selama
tunduk muka sajadah basah
ini karma kapan berpisah

kalau saja airmata ini
bisa berganti rupa
jadi darah juga nanah
pasti terus berleleran
dari kelopak mata yang luka

semuanya sia-sia
semuanya dosa
semuanya murka
adakah tobatku diterima?

Tuhan, aku hanya manusia biasa
seorang perempuan terhina
sejak muda hingga dewasa
bila Kau tak punya tempat untukku
kemana lagi aku mengadu

dunia lain mana bisa kutinggali
bila semua kutuk-Mu mengikuti
kemana aku melangkah
selalu bawa gelisah
tiada terperi

kalau hidup ini hanya sekali
mengapa tak Kau jadikan aku lebih baik
bukan mengirimku kepada para lelaki
menancapkan tiang pada belahan bumiku
tertawa sukacita dan bangga diri
sedang aku tersiksa batin begini

Tuhan, bila maaf-Mu
tak ada lagi untukku
maka beritahukan padaku
mana Tuhan yang lain bisa membantu
aku akan tunduk patuh dan menurut
seperti para lelaki sembunyi
di bawah selangkanganku

tapi, bila Kau mau aku tetap disini
maka kabulkan pintaku terakhir kali
sebelum aku mengakhiri
pengembaraan jiwa ini
dan ruhku terbang mendapatimu
dengan sayap patah yang kumiliki

--namaku Santi
aku tidak muda lagi
juga tidak dewasa lagi
aku barusan pergi
tinggalkan semua luka
dan perih--

Selengkapnya...

HMJ KPI Unjuk Kemampuan Lewat Sayemabar

0

Posted on : 10.00 | By : Sukaraja Bersatu

Dunia tulis-menulis (Jurnalisme) merupakan salah satu wahana yang sekarang ini banyak digunakan oleh berbagai kalangan untuk menyebarkan gagasan serta menawarkan nilai-nilai bagi acuan kehidupan yang lebih baik.

lama ini, kegiatan dakwah dan penyiaran nilai-nilai universal agama untuk mendukung kemajuan ummat dan masyarakat, seringkali dimaknai dengan aktivitas tabligh di mimbar-mimbar masjid dan disampaikan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas. Padahal, penyemaian nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat merupakan aktivitas yang komprehensif dengan melibatkan berbagai macam cara, media, dan subjek. Apalagi dunia sekarang ini menawarkan berbagai perkembangan mutahir yang memungkinkan terjadinya kreatifitas di bidang dakwah dan komunikasi agama.


Dunia tulis-menulis (Jurnalisme) merupakan salah satu wahana yang sekarang ini banyak digunakan oleh berbagai kalangan untuk menyebarkan gagasan serta menawarkan nilai-nilai bagi acuan kehidupan yang lebih baik. Banyak pihak yang memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi sebagai cara dan wahana untuk menggali dan mengembangkan kreatifitas mereka di bidang jurnalisme, namun masih banyak juga yang belum menemukan wahana untuk pengembangan bakat dan kreatifitas mereka.

Di tengah keadaan yang bertentangan tersebut, dirasa perlu diciptakan wadah seperti halnya sayembara. Bagi mereka yang telah mulai mengembangkan kreatifitas tulis-menulis, sayembara merupakan wadah untuk menampung hasil kreatifitas dan usaha mereka dalam menyebarkan gagasan-gagasan Islami. Sementara bagi yang belum atau mau memulai, dengan adanya sayembara diharapkan bisa bangkit motivasinya dalam berkarya dan berbuat untuk menebar kebaikan bagi dirinya dan ummat.

Atas dasar itu, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) mengadakan Sayembara menulis cerpen Islami. Kegiatan ini dihajatkan kepada siswa dan mahasiswa se-NTB sebagai wahana untuk mereka menumbuh-kembangkan semangat kreatifitas dalam dunia tulis menulis.

Kegiatan Sayembara menulis cerpen Islami berlangsung dari Tangal 16 Februari 2009 Sampai dengan 27 Maret 2009. Ketentuan dalam lomba penulisan, pertama tema cerpen harus yang bernuansa Islam, kedua jumlah halaman tulisan paling banyak 6 halaman dengan menggunakan sepasi dua, ketiga menyerahkan satu sampai dua naskah.

Setelah melawati batas waktu yang ditentukan, di meja redaksi panitia telah terkumpul naskah peserta sebanyak 200 naskah, dengan asumsi masing-masing peserta menyerahkan satu sampai dua naskah. Sesuai dengan kesepakatan panitia dari 200 naskah tersebut akan dipilih tiga pemenang juara satu, dua dan tiga. Selain itu juga, sepuluh naskah terbaik lainnya akan diterbitkan menjadi buku. Peserta yang mengikuti perlombaan ini dari siswa dan Mahasiswa yang berasal dari Sumbawa, Lombok Timur, Lombok Tengah , Lombok Barat dan Mataram.

Dari hasil penilaian juri selama tiga minggu akhirnya panitia sayembara telah mengantongi pemenang lomba penulisan cerpen Islami. Pada hari sabtu 15 Juli 2009 panitia perlombaan membuat acara pengumuman pemenang perlombaan. sebelum pengumuman, acara dilangsungkan dengan sambutan dari ketua Panitia, HMJ KPI dan Dekan Fakultas Dakwah. Afifudin Adnan sebagai ketua panitia mengungkapkan rasa syukur dan berterimakasih atas terlaksanya dengan baik kegiatan tersebut, disamping itu juga ia menjelaskan langkah kongkrit HMJ-KPI yang spekulatif membuat acara dengan makan waktu cukup lama sebulan lebih yang ruang lingkupnya se-NTB. Pada kesempatan itu juga, Dekan Fakultas Dakwah Drs. H. Hasan Mustofa, M.Ag meberikan apresiasi terhadap kegiatan tersebut. Dalam sambutannya H. Hasan Mustofa mejelaskan, kegiatan semacam ini merupakan benih cikal bakal lahirnya penulis muda NTB yang kompetetif dengan segenap kemampuannya mampu mengharumkan nama NTB di kancah Nasional nantinya. Ia juga mengharapkan kepada segenap mahasiswa dakwah yang berkonsentrasi dengan dunia jurnalistik menunjukkan kemampuan syiar dakwah Islam melalui tulisan.

Waktu yang di tunggu-tunggu, pengumuman pemenang Sayembara Penulisan Cerpen Islami. Untuk juara pertama di raih oleh Herpiko Dwi Aguno dari SMAN 2 Mataram dengan judul cerpen Aku Ingin Masuk Surga-Mu, kemudian di susul oleh Dhoifurrahmaniah mahasiswa FKIP UNDRAM dengan judul Cinta Itu Karena Allah, dan juara ke-Tiga Najmina Amalia siswa SMAN 1 Praya dengan judul cerpen Syawal Surga Cinta-Mu ,dan sepuluh naskah terbaik lainnya juga turut mendapatkan penghargaan atas karya mereka.
Pada bulan Agustus 2009 buku antologi cerpen Islami telah berhasil di terbitkan, rencana Louncing akan di gelar pada bulan Oktober 2009.** CS

Selengkapnya...

Memoar Luka Seorang Muslimah

0

Posted on : 09.57 | By : Sukaraja Bersatu | In :

Judul :tuhan ijinkan Aku jadi Pelacur
Penulis : Muhidin M Dahlan
Penerbit : Scripta Manent bekerja sama dengan Malibas Bukit Mandala Salar Tri Mulyono Jetis L Mogiri Timur Bantul Yogyakarta.

Seorang Muslimah yang taat beribadah, tubuhnya di hihijati oleh jubah dan jilbab yang besar hampir semua waktunya di habiskan untuk shalat, baca Qur’an, zikir dan hampir semua tabunganya di infakkan kepesanteren tempat ia berkumpul sama jamaah.Dia memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya kerap ia hanya mengkonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa cita –citanya hanya satu untuk menjadi seorang muslimah yang kaffah.


Seorang muslimah yang kaffah tidak terlepas dari perbuatan-perbuatan yang positip artinya menjalankan perintah tuhan semata. Walaupun gadis ini mempunyai cita-cita yang sangat sholeh sekali, namun ia tidak mampu menghadapi berbagai macam ujian atau cobaan yang diberikan Allah Swt.

Sehingga di tengah perjalanan ia di terpa badai kekecewaan, organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya islam di Indonesia yang di idealkannya bisa mengantarkanya ber-islam secara kaffah, ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya ,setiap pertanyaan yang di ajukan tidak di jawab dengan dogma yang tertutup. berkali-kali di gugatnya hal itu ,tetapi hanya kehampaan yang hadir. Dan juga pada suatu saat, ia pulang kerumahnya mengajak keluarganya masuk kejemaah tersebut untuk menyempurnakan islam secara kaffah. Bahkan seluruh masyarakat dikampungnya itu diajak. Setiap hari ia membawa masyarakat untuk pergi bai’at kepesantren tempat ia tinggal. Hari demi hari telah berlalu dirumahnya itu, ia berhasil mengajak seluruh kampungnya itu untuk masuk kejemaah tersebut.

Setelah semua itu berjalan dengan lancar kemudian diketahui oleh pemerintahan dengan tidak hormat mereka diusir dari kampong halaman sendiri yang menjadi sorotan adalah seorang muslimah tadi, bahkan orang tuanya sendiri yang mengusirnya dari rumahnya sendiri. Seorang muslimah tersbut terpaksa kembali kekosnya untuk mengasingkan diri. 40 hari dia pernah keluar dari kos-kosan tersebut. Didalam pengasingannya itu, seorang muslimah ini prustasi sekali sampai-sampai tuhan yang selama ini dia agung –agung kan seperti “jari tanggung jawab “dan emoh menjawab keluhanya .

Dalam kedaan kosong itulah ,ia terjawab dalam dunia hitam. ia melampiaskan frustasiannya dengan free sex dan mengkonsumsi obat-obat terlarang (narkoba). Bahkan ia hidup dijalanan dengan anak-anak jalanan yang hidup pinggir jembatan. Aku hanya ingin tuhan melihatku, lihat aku tuhan kan ku tuntaskan pemberontakanku, aku sudah bosan lagi mengerjakan apa yang engkau perintahkan, sekarang aku ini sudah berada dalam perintahmua yang tidak ada hasilnya itu, katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukanya tanpa ada secuil pun raut sesal. Dari setiap pertualangan seksinya itu tersingkap topeng –topeng kemunapikan dari para aktipis yang meniduri dan di tidurinya ,baik aktipis sayap kiri msupun sayap kanan (islam) yang selama ini lantang meneriakakan hutang –hutang moralitas.Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen kampus matahari terbit yogykarta yang bersedia menjadi gerumunya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata seorang anggota DPRDdari peraksi yang selama ini berselingkuh memperjuangkan tegaknya sariat islam di Indonesia.[]

Selengkapnya...

Puisi Kitab Suci

0

Posted on : 09.53 | By : Sukaraja Bersatu | In :

Oleh: Goenawan Mohamad
Menghidupkan kembali puisi dalam Kitab Suci berarti membuka pintu kepada suatu komunikasi yang bebas, yang otentik dan individuil antara Tuhan dan manusia. Menghidupkan kembali puisi itu berarti menghindari kecenderungan statis dalam sistem kepercayaan kita. Iman tidak bisa ditransplan¬tasikan, agama tidak bisa diregimentasikan dan penafsiran tentang Tuhan tidak bisa dimonopoli.


SEANDAINYA Kitab-kitab Suci hanyalah buku-buku hukum yang tanpa puisi, maka manusia sudah lama akan hidup dengan rohani yang kering. Bhagawat Gita, Injil, Qur'an. Di tengah-tengah pengalaman masa kita kini, salah satu kebutuhan kita adalah menghidupkan kembali puisi yang terdapat di dalamnya.

Dan itu tidak berarti hanya menterjemahkannya dengan hiasan-hiasan verbal ataupun membacanya dengan gaya yang indah. Terjemahan puitis Qur'an yang dirintis oleh Mohammad Diponegoro di Indonesia beberapa tahun yang lalu, juga usaha Nyoman S. Pendit dengan Bhagawat Gita, membuktikan bahwa mereka tidak bermaksud memberikan ornamen. Sebab ornamen itu me¬mang tidak kita butuhkan. Yang lebih fundamentil dalam meng¬hidupkan kembali puisi Kitab Suci ialah, sebenarnya, hidupnya kembali rohani kita sendiri. Bagi saya itu berarti pembaharuan sikap, untuk lebih mampu menerima Kitab Suci bukan sekedar sebagai sebuah KUHP.

Sebab Tuhan memang bersabda, dengan bahasa manusia, dalam puisi. Dan puisi, dengan perlambang-perlambangnya, dengan iramanya, dengan seluruh semangatnya, tidaklah mendikte. Puisi adalah pembicaraan ke dalam hati, yang mengimplikasikan peng¬akuan orang kedua sebagai person, dengan segala kemungkinan¬nya. Menerima Kitab Suci sebagai puisi yang hidup berarti mene¬rima sabda Tuhan bukan sebagai dekrit, melainkan panggilan dialog, bukan sebagai intimidasi, tapi sebagai pewedaran kasih¬ sayang. Dengan demikian kita membebaskan diri dari gambaran sepihak yang menyesatkan tentang Tuhan dan manusia: Tuhan sebagai semacam. Tiran, dan manusia sebagai kawula jajahan¬Nya yang sudah dibuang, dan senantiasa perlu dicurigai.

Terlalu sering, kita diminta untuk takut kepada-Nya hingga terlalu sering pula kita lupa bahwa kitapun sebenarnya bisa tertarik dan mencintai-Nya. Dalam sebuah karya otobiografisnya Henry Miller menulis bahwa pada suatu ketika, di satu dinding di kota Chicago, ia tiba-tiba melihat tulisan dengan huruf-huruf setinggi sepuluh kaki: “Good News! God is Love!”. Seolah-olah, berita baik itu perlu dijadikan headline- walaupun berita itu sebe¬narnya menceritakan kebenaran yang tidak baru. Soalnya karena kebenaran yang tidak baru itu sudah lama dibungkamkan, dan manusia sudah lama tak tahu lagi. Kita mengenal tokoh Hasan dalam novel Atheis Achdiat K. Miharja: ia menderita karena Tuhan sejak kecil digambarkan kepadanya sebagai Pemilik Neraka yang ganas, yang berbicara hanya tentang ancaman dan tidak menghibur.

Tuhan yang tidak menghibur adalah Tuhan yang digambarkan bukan sebagai Maha Pengasih dan Pengampun, melainkan sebagai Maha Membenci. Dan seandainya demikian, ia adalah pencipta yang sia-sia. Sebab, dengan begitu kehidupan kita kehilangan arti, manusia adalah suatu hasil yang absurd. Dengan begitu kita lupa bahwa kehidupan adalah suatu anugerah, bahwa dunia bukanlah tempat pembuangan yang terkutuk, bahwa manusia adalah pen¬ting, khalifah di atas bumi, dan bukannya anjing diburu.

Menerima arti penting manusia itulah sebenarnya persoalan kita kini. Jika kita percaya tidak adanya paksaan dalam agama, jika kita cukup terbuka untuk hidup dalam puisi kata-kata Tuhan dan bukannya hanya hidup dalam ancaman-ancaman-Nya, maka kita harus mempercayai manusia dengan kemerdekaan¬nya. Sebab Tuhan mengaruniai kita dengan apa yang disebut Iqbal sebagai “kemerdekaan ego insani”. Sebab hubungan antara manu¬sia dengan Tuhan, yang dalam, filsafat zaman ini disebut sebagai¬ hubungan antara “Akun dan Engkau”, adalah hubungan antara Pribadi dan pribadi. Lewat puisi Kitab Suci sajalah hubungan semacam itu bisa dialami: pribadiku tidak tenggelam, tapi justru tampil, dengan rohani yang hidup, dengan kemerdekaan. Pen¬deknya, suatu hubungan tanpa pamrih, di mana manusia berterima kasih dalam situasi lulut-bekti, suatu kontak langsung tanpa per¬antara orang lain karena puisi, pada akhirnya, tidak ditentukan oleh makelar.

Memang, pada akhirnya, percakapan Tuhan dengan manusia dalam pengalaman puitis tidak ditentukan oleh orang ketiga. Kita bisa memperoleh pertolongan orang lain untuk menafsirkan Sabda Tuhan, tapi kemudian soalnya tergantung pada kita sendiri untuk menentukan sikap. Lewat puisi, kata-kata Tuhan tidak sekedar menyampaikan hal ada-Nya, tapi juga sekaligus misterium-Nya. Sebab dalam pertemuan yang dijelmakan oleh puisi bahasa menjadi kaya, menuju penggambaran yang komprehen¬sif, dan menampilkan kenyataan-kenyataan yang tidak sepenuhnya bisa dibikin jelas oleh analisa. Artikulasi puitis tidak berbicara soal detail, segi demi segi. Artikulasi itu mengandung ambiguitas¬nya sendiri, tapi tetap bisa berkomunikasi. Lewat bahasa puitis seperti itulah Tuhan tampil ke hati kita, menciptakan suatu pengalaman batin, yang telah menyebabkan seorang Chairil Anwar berkata: “Biar susah sungguh/Mengingat Kau penuh seluruh”. Ia mengalami misterium Tuhan, yang membukakan pelbagai kemungkinan penafsiran, tapi tak pernah bisa sepenuhnya digam¬barkan. Tak seorangpun menyamai-Nya, dan tak seorangpun bisa berpretensi telah menemukan satu-satunya Kebenaran tentang-Nya. Itulah sebabnya, Tuhan memberi kesempatan kepada masing-masing kita untuk berhubungan denganNya ............

Demikianlah, menghidupkan kembali puisi dalam Kitab Suci berarti membuka pintu kepada suatu komunikasi yang bebas, yang otentik dan individuil antara Tuhan dan manusia. Menghidupkan kembali puisi itu berarti menghindari kecenderungan statis dalam sistem kepercayaan kita. Iman tidak bisa ditransplan¬tasikan, agama tidak bisa diregimentasikan dan penafsiran tentang Tuhan tidak bisa dimonopoli.

Saya kira, zaman kita memerlukan kesadaran-kesadaran semacam itu. []




Selengkapnya...

Laki-laki

0

Posted on : 09.48 | By : Sukaraja Bersatu | In :

Laki-laki adalah makhluk
Yang paling tidak pernah berhenti
Mencari kepuasan
Gunung tertinggi didaki
Tujuh samudra diarungi
Bara api dilewati


Bahkan luar angkasa dijelajahi
Untuk kepuasan
Wahai wanita
Hati-hatilah pada lelaki
Jangan pernah
Beri mereka kepuasan
Biarkan mereka meronta
Dan meronta menggapai hatimu
Mencari kepuasan
Karena begitu mereka dapat kepuasan
Darimu
Secepat itu pula mereka tinggalkan
Dirimu
Lelaki adalah buaya
Kecuali saya


Selengkapnya...